Kami sampai di Turki musim dingin 2014. Singgah di sebuah rumah
milik seorang kawan NGO. Istirahat dulu sebentar setelah penerbangan
panjang, Besok baru berlanjut fight non stop menjalankan tugas
kemanusiaan
Di rumah itu jumpa dua orang lagi aktivis kemanusiaan
dari Malaysia, Ustadz Azli Taliban yang orang Malaysia tulen, Bukan
orang Thaliban Afghanistan, Dan Johan Ariff. Di pintu depan rumah itu
juga aku ingat Syahrir diam-diam bercakap dengan seseseorang, Seperti
menyuruh orang Arab tersebut melakukan sesuatu. Aku tak mengerti apa
yang mereka bicarakan, Lha pakai bahasa Arab je... Mau tanya Syahrir pun
ga enak pasal belum terlalu kenal dengannya
Lepas sarapan semua
bergerak ke bandara, Sekira 2 jam terbang ke perbatasan. Nanti disana
bertemu orang-orang Suriah yang akan mengurus proses masuk ke dalam
Kelar persiapan, Menjelang gelap pergerakan dilanjutkan mendekati
perbatasan dengan dua kendaraan. Di kantor imigrasi Turki - Suriah
paspor kami dicap petugas perbatasan Turki. Pengecapan baru selesai
ketika adzan maghrib berkumandang
Di situlah untuk pertama
kalinya aku melihat negara api itu. Kontras sekali dengan Turki. Gelap
gulita macam negeri yang mati dan ditinggalkan
Kabut negeri
Suriah mulai naik meninggi, Makin menggelapkan pandangan mata kami. Tapi
aku terkejut dan heran, Kenapa supir mobil kami malah mematikan lampu
mobil ?! Ternyata mobil satunya di belakang pun sama. Berjalan dalam
kegelapan tanpa cahaya sama sekali !
Belum selesai ketakutan dan
keherananku, Tetiba sebuah lampu sorot besar menyilaukan mata menghadang
di depan ! Kawan Suriah di sebelahku cepat menyuruh kamera yang
kutenteng segera dimasukkan ke dalam tas. Suasana agak sedikit tegang !
Lampu sorot itu tak lama menyala. Begitu ia mati, Supir kami gesit
membalas dengan satu kali lampu dim. Dibalas oleh lampu sorot di depan
dengan satu kali dim juga. Macam isyarat yang tak kutau apa artinya
Kemudian mobil kembali maju mengarah ke lampu sorot tadi. Kali ini
sekali lagi sorot lampunya menyilaukan mata kami sepanjang perjalanan
singkat itu. Tak nampak siapapun di balik lampu, Seolah ia menyala
sendiri
Begitu tiba di tujuan, Dalam gelap malam, Samar-samar
terlihat sebuah mobil double cabin yang disapukan lumpur ke sekujur
tubuhnya, Menggendong senapan mesin besar di bak belakang. Beberapa
pemuda bersenjata AK terlihat menumpang double cabin tadi. Mereka
tergesa-gesa entah menuju kemana
Begitu mataku terbiasa dengan kegelapan, Barulah terpampang pemandangan dan suasana medan perang :
Orang-orang bersenjata lalu lalang di hadapan
Welcome to the warzone !
Adrenalin perlahan terpompa ke atas. Kabut yang meninggi, Salju yang
mulai mencair dan menyebabkan tanah berlumpur, Serta gelap malam yang
meski sepi tapi menyimpan misteri, Membuat darahku berdesir. Rasanya
sedang berkhayal masuk film perang. Tapi rupanya ini benar-benar di
medan perang !
Kami segera melalui check point pertama. Ditembok
pos kulihat banyak grafiti dan coret-coretan tulisan Arab. Kata
penerjemah kami, Itu kata-kata doa dan penyemangat perjuangan yang
ditulis para mujahidin
Lolos checkpoint, Kami terus membelah
kegelapan malam melalui jalan-jalan yang amat kecil, Melintasi kawasan
pertanian yang juga gelap gulita. AlhamdulIllah pak kusir yang sedang
mengendarai mobil supaya baik jalannya itu hafal betul tiap inchi
jalanan. Yakin saja dia ngebut, Padahal meleng dikit masuk paritlah kita
!
Satu jam dibawa gelap-gelapan, Akhirnya kami tiba di sebuah
desa kecil bernama Sawran. Ga ada bangunan tinggi, Cuma rumah-rumah
kecil khas Suriah yang dibangun dari batu dan semen, Serta sebuah
masjid. Ga ada aspal yang masih utuh disini, Jalanan rusak parah dan
berlumpur
Masih dalam kegelapan, Kami berjalan menyusuri
lorong-lorong desa. Supir memarkir mobilnya depan sebuah rumah kecil
yang pintunya dari besi. Klakson 2-3 kali, Keluarlah tuan rumah
mempersilakan kami bergegas masuk. Kami loncat dari mobil lalu berlari
kedalam
Seorang lelaki berambut putih yang telah menanti langsung berdiri memeluk sambil memberi salam
"Ahlan wasahlan...
Bla bla bla..."
MasyaAllah... Cakap Arab lagi ! Mana ku tau apa dia bilang ?
Hahahaha...
Betulnya aku gembira sekali pertama kalinya tiba di sebuah negara yang
semua orangnya berbahasa Arab, Selama ini pengembaraanku hanya di Eropa
dan Asia saja
Begitu duduk tercium bau minyak tanah. Mataku
berkeliling melihat ruangan yang luas tanpa perabotan kecuali sebuah
bangku serta sebuah pemanas. Rupanya dari situlah bau minyak tanah
berasal. Tungku pemanas khas Suriah ini memang kebanyakan berbahan bakar
minyak tanah atau kayu
Di ruangan itu tak ada listrik. Lampu LED
yang bersinar redup ditutupi kain supaya tak terlihat dari luar rumah,
Bertenagakan baterai. Nantinya aku tau kalau seluruh rumah di wilayah
kekuasaan mujahidin menggunakan lampu seperti itu
Dirumah itulah
baru kami semua bisa tarik napas panjang. Kami mulai beberes
perlengkapan. Yang lain bekerja sesuai jobdesk masing-masing. Sedangkan
aku sendiri bingung hendak berbuat apa sebab cuma tukang gambar je...
Kebingunganku teralihkan ketika seorang anak masuk membawa nampan
berisi buah-buahan. Pisang, Apel, Kiwi dan jeruk. Semuanya besar-besar,
Manis dan segar ! Darimana mereka dapat ini semua sedangkan sekarang
masa perang ? Dia jawab itu semua produk asli negeri Suriah. Ditanam
alami tanpa pestisida. Tanah Suriah memang sangat subur, Makmur dan
diberkahi Allah. Lempar saja biji buah apapun, InsyaAllah pasti hidup !
Sungguh penuh berkah !
Beberapa jam kemudian penjaga rumah
memberi isyarat lampu rumah akan dimatikan supaya hemat baterai. Tapi
listrik yang berasal dari genset kecil tetap dinyalakan karena kami
harus mencas berbagai peralatan
Tak lama semua anggota tim telah
rebah di lantai, Dempetan beramai-ramai untuk berbagi panas tubuh.
Masing-masing berbekal sebuah jaket dan 2 lapis selimut karena tengah
malam pemanas akan mati dan udara dingin mulai menguasai. Ya, Memang
dingin malam itu, Sekira -4 derajat celcius !
Sebelum merem, Kulihat penjaga rumah keluarkan sesuatu dari balik lemari. Sebuah AK-47
Hahaha... Mulai serius nih
Dia tidur dekat dapur, Tepatnya di belakang pintu besi, Sambil memeluk
senjata. Kutanya kawan Suriah ku, Apa memang harus begitu ? Tidur sambil
memeluk senjata ? Dia jawab iya, Buat jaga-jaga kalau apes ada penculik
menyerbu rumah dan menjual kami kepada para mafia untuk dimintai uang
tebusan !
Mendengar jawabannya aku jadi menyesal tanya-tanya !
Hahaha...
Sekejap kemudian semuanya terlelap. Kulihat kawan-kawan lain saking lelahnya, Tidur macam orang syahid !
Hahahaha...
Perjalanan memasuki Suriah yang penuh ketegangan telah berakhir lancar.
Itu baru awal yang sangat remeh dibanding perjalananku keesokan
harinya. Tapi aku tak sabar segera datang pagi untuk bergerak dan
mengalami petualangan baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
buat yg comment , makasih