Minggu, 25 Desember 2011

Sikap kritis kami, karena kami sayang kalian

   
Sangat disayangkan sikap kritis seseorang yang jelas sifatnya membangun sikapi secara antipati berlebihan terhadap sikap kritisnya dan kepada individunya sekaligus.
   Hal semacam itu akan muncul di sebuah instusi  (red: instusi disini bisa sebuah Korporat, Organisasi, Negara, atau yang paling kecil yaitu keluarga) yang bergaya otoriter, atau juga semi otoriter dan institusi yang kekeluargaannya kental (semacam "Nepotisme" kecil-kecilan).
    Sikap kritis yang membangun biasanya muncul dari sikap kepedulian seseorang terhadap institusi tempat dia berkecimpung atau minimal dia simpati terhadap institusi tersebut.
    Dalam agama kami yang mulia yaitu Islam sikap berbaik sangka terhadap seseorang itu sangat dianjurkan, dilanjutkan dengan sikap "Tabayyun" (Mericek suatu berita). Maka hal itu sebenarnya sudah bisa menjadi
solusi sikap antipati terhadap sikap kritis seseorang.Dan sudah menjadi kewajiban lagi apabila institusi itu adalah yg bernafaskan Islam untuk bersisikap Husnudzon dan Tabayyun, terhadap sikap kritis seseorang kepada institusinya.
     Menurut saya yang bodoh dan tidak sempat makan bangku sekolah memberangus sikap kritis yang bersifat membangun justru akan menghambat kreatifitas dan menghambat memajukan sebuah institusi.
     Pernah saya membaca suatu kalimat yang cukup menggelitik hati saya ; "Seseorang yang senang dipuji dan murka saat dia di kritik adalah orang yang sombong, dan orang yang bijak adalah yang akan menerima
kritkan dan pujian dengan sikap yang bijak pula."Mungkin kalimat itu ada benarnya.
Karena sifat sombong akan menutup pintu hati seseorang dari sebuah hal yang positif. Dalam hal ini dalam agama kami yang mulia di sebut "Hidayah" dan itu adalah hak penuh dari Sang Pencipta.




1 komentar:

buat yg comment , makasih